JAKARTA – Menjadi negara maju tidaklah mudah. Menurut Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Prof Ocky Karna Radjasa, PhD, hal tersebut perlu didukung oleh inovasi yang diciptakan anak bangsa.
“Kalau Indonesia mau maju, diperhitungkan tingkat inovasinya, mau tidak mau negara harus memikirkan kegiatan riset di Indonesia,” tuturnya disitat dari laman Universitas Padjadjaran (Unpad), Jumat (28/10/2016).
Riset sendiri, kata dia, menjadi salah satu sub-index yang sangat diperhitungkan dalam Global Innovation Index. Sedangkan hingga saat ini posisi Indonesia dalam Global Innovation Index menempati urutan ke-88 dari 144 negara di dunia.
Ocky menyebut, kelemahan Indonesia berada pada kesiapan teknologi terkini. Hal itu menyebabkan daya saing Indonesia mengalami penurunan peringkat menjadi ke-37, dari peringkat ke-34 pada tahun lalu.
“Sumber daya Iptek saat ini belum memberikan sumbangan yang signifikan terhadap pembentukan keunggulan posisi Indonesia di dalam meningkatkan daya saing,” sebutnya.
Guna mendorong peningkatan inovasi, peneliti kemudian dituntut untuk menghasilkan output. Upaya ini juga didukung oleh Peraturan Menteri Keuangan No 106 Tahun 2016, di mana pada 2017 pertanggungjawaban riset akan berbasis output.
“Sehingga peneliti tidak perlu dipusingkan lagi dengan pertanggungjawaban keuangan. Dengan demikian, diharapkan aktivitas riset di Indonesia akan lebih baik lagi,” terangnya.
Pada Seminar Nasional MIPA 2016 tersebut, terdapat 234 peserta dari berbagai institusi di seluruh Indonesia. Diharapkan, melalui kegiatan ini mampu membuka komunikasi ilmiah antar peneliti di bidang MIPA beserta terapannya, sehingga para peneliti tersebut dapat memiliki kontribusi pada pembangunan nasional.
Sumber: http://news.okezone.com/read/2016/10/28/65/1526768/kegiatan-riset-syarat-indonesia-jadi-negara-maju